Selasa, 30 Juli 2013

Sebelum Senja (Part 1)


“Sebelum dia akulah nomor satu dihatimu! Sebelum dia akulah yang paling berharga dimatamu! Tapi semuanya pudar setelah dia datang!” -Suara
“Suara ini siapa?” Anak itu meraih sebuah foto hitam putih yang terpampang dimeja belajar gadis itu. Anak itu terus memperhatikan foto itu.
“Su.. ara, Se.. nn.. ja” Perlahan dia mulai membaca untaian huruf yang tertera dibalik pigura foto kecil itu.
“Senja, dia saudara kembarku. Dia lahir 15 menit setelah kelahiranku” Jelas gadis berumur 10 tahunan itu sambil merapikan bukunya. Anak itu terus memperhatikannya jeli. Entah kenapa sampai segitunya dia memandang foto itu.
“Memang kenapa syid?” Suara mengagetkannya. Rasyid hanya menggeleng pelan dan menyimpan kembali kotak kecil itu ke tempat aslinya. Dia kembali menatap Suara.
“Kau kenapa Rasyid?” Suara bingung melihat tingkah sahabat yang satunya ini. Dia mendekatkan wajah pada Rasyid.
“Ish, pergi!” Rasyid menepisnya Suara hanya tertawa-tawa.
“Sampai begitunya kamu! Aku hanya mencari perbedaan antara kalian saja!” Rasyid berceloteh
“Haha tidak penting baget. Nanti sore dia bakal kesini lho” Suara memberitahunya Rasyid terkejut bahagia sejenak
“Benarkah?”
***
“Ayolah Suara mana saudaramu itu? Sudah 3 jam kita menunggu belum ada juga” Rasyid semakin tak sabar Suara hanya menggeleng melihat pemuda itu mondar-mandir tak menentu
“Sabar sedikit, Surabaya-Jakarta itu bukan jarak yang dekat. Butuh waktu 1 hari bahkan kadang lebih” Sejenak Rasyid murung dia duduk. Dia benar-benar tidak sabar menunggu kedatangan Senja. Aneh sekali kenapa dia begitu penasaran pada anak itu.
“Itu dia” Seketika Suara berucap Rasyid langsung melotot, pandangannya tertuju langsung pada sebuah mobil yang menghampirinya. Dia berdiri tepat didepan rumah Suara. Seketika seorang anak perempuan keluar dari mobil itu dia langsung terkaget.
“Ya allah bermimpikah aku?” Suara mencubitnya Rasyid mengelus-elus tangannya yang sedikit sakit
“Udah gak perlu kaget gitu kali syid!” Suara tak di dengarnya, dia malah menghampiri anak yang dipanggil Senja itu.
“Halo aku Rasyid” Dia mengulurkan tangannya pada Senja, anak itu hanya tersenyum kecil lalu menjabat tangan Rasyid.
“Senja, Senja Sivia Putri”
“Senang bertemu denganmu” Rasyid mencoba bersikap baik padanya, Senja hanya tersenyum melihatnya. Sepertinya Rasyid menyukai anak ini. Terlihat saja dari sikapnya.
“Sudah Rasyid. Ayo Senja” Suara memasang wajah sedikit marah, kenapa dia? Tiba-tiba saja dia marah tanpa sebab.
Ketiga anak itu masuk ke sebuah rumah disana, lalu pergi ke kamar Suara. Senja mengeluarkan barangnya lalu merapikannya satu per satu. Rasyid memandangnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Senja hanya tersenyum kecil.
“Kau tinggal dengan siapa?” Rasyid memulai percakapan
“Dia tinggal dengan Paman dan Bibiku, mengingat mereka belum punya anak jadi sejak Senja berumur 5 tahun dia menemani Paman di Surabaya. Sekarang Bibi sedang mengandung. Sepertinya tinggal beberapa tahun lagi dia menemani Bibi. ” Rasyid memandang ketus Suara.
“Hey aku bertanya pada Senja bukan kamu, bodoh!” Dia sedikit kesal pada Suara. Senja malah tersenyum
“Salah begitu!” Suara membalasnya cuek
“Senja bagus dong kalau kamu akan segera tinggal disini. Kita bisa bersama terus” Rasyid sedikit merayu Senja. Senja tetap memasang senyumnya. Berbeda dengan Suara matanya memandang sinis mereka. Bibirnya mengatakan apa yang dikatakan Rasyid tanpa suara sambil memonyongkan bibirnya.
“Sampai kapan kamu disini? Aku harap lama hahaha” Rasyid tertawa sedikit.
“Besok juga pulang” Suara menjawab sinis, Senja hanya menatapnya heran
“Mungkin sampai minggu depan” Senja berucap manis pada Rasyid
“Yes.. Bagus, apa kamu Suara huhh” Rasyid meledek Suara, Suara hanya merasa sedikit mual melihat dia. Hatinya tiba-tiba sedikit membenci kehadiran Senja.
1 hari, 3 hari, 5 hari hingga 1 minggu mereka saling mengenal. Senja memang anak yang asyik, Rasyidpun sama. Hanya dalam waktu 1 minggu bibirnya.
“Sampai kapan kamu disini? Aku harap lama hahaha” Rasyid tertawa sedikit.
“Besok juga pulang” Suara menjawab sinis, Senja hanya menatapnya heran
“Mungkin sampai minggu depan” Senja berucap manis pada Rasyid
“Yes.. Bagus, apa kamu Suara huhh” Rasyid meledek Suara, Suara hanya merasa sedikit mual melihat dia. Hatinya tiba-tiba sedikit membenci kehadiran Senja.
1 hari, 3 hari, 5 hari hingga 1 minggu mereka saling mengenal. Senja memang anak yang asyik, Rasyidpun sama. Hanya dalam waktu 1 minggu mereka sangat nyaman bersama. Duduk ditaman berdua sambil tertawa-tawa dan meneguk coklat hangat sangat romantis bagi anak usia 10 tahun ini. Berbeda dengan Suara, kini dia malah merasa bosan akan kehadiran Senja. Rasyid lebih memilih Senja daripada Suara. Dia jadi sering marah-marah bila Rasyid merayu Senja. Padahal mereka masih kecil. Belum mengenal apa-apa. Suara hanya iri melihat mereka.
“Jadi nanti malam kamu mau ke Surabaya lagi? Sial!” Rasyid mengeluh, dia sedikit sedih melihat jawaban Senja yang hanya mengangguk. Sepertinya ada raut kecewa diwajah mereka sementara Suara tersenyum sinis penuh kemenangan pada mereka.
“Tak perlu khawatir, aku akan sekolah SMP disini. 2 tahun lagi” Suara menyemangatinya
“Tapi itukan lama.” Rasyid tambah mengeluh, Senja hanya mengembangkan bibirnya.
“Liburan aku akan kesini ya” Seketika Rasyid tersenyum. Mereka saling berjanji akan bertemu lagi
“Lama banget pamitannya” Suara mengomentari mereka
“Sabar dikit gak bisa ya!” nada Rasyid meninggi, Suara hanya membelalakan matanya.
“Cepat gak sih!” Suara semakin memaksa lalu berlalu, Senja menatapnya heran sedangkan Rasyid melempar-lemparkan tangannya yang dia kepal pada Suara dari jauh.
“Ihh ihh ihh”
***
“Rasyid” dia merangkul Rasyid, Rasyid hanya diam tak berkutik. Sudah hampir 2 tahun dia menunggu Senja namun tak pernah didapatnya kabar. 2 tahun itu merupakan hari bahagia Suara. Dia menghabiskannya bersama Rasyid. Mungkin usianya kini mulai remaja. Mulai tumbuh sedikit demi sedikit rasa cinta. Namun masih cinta monyet. Ya, dia menyukai Rasyid, dia jatuh cinta padanya. Cinta pertamanya. Hari-hari ini mungkin hari yang berharga baginya. Bisa bermain-main bersama Rasyid sebelum Senja pindah kesini.
“Syid jangan bengong terus, gimana kalau kita jalan-jalan ke danau. Mancing atau apalah. Yang penting seru. Kemarin-kemarinkan baru udah UN. Kita bisa nenangin dulu otak kita bentar. Gimana?” Suara menawarinya. Rasyid mengangguk setuju
“Boleh tuh. Sekarang siapa yang nyampe di danau duluan dia pemenangnya.” Rasyid telah berlari jauh. Sedangkan Suara masih terdiam.
“Ihh kamu ini nyebelin amat” Suara ikut mengejarnya dari belakang.
***
“Apakah kau pernah jatuh cinta?” Suara mengawali percakapan itu sambil terduduk berdua di pinggir danau.
“Aku rasa kita tak boleh mengenalnya dulu” Rasyid menjawabnya datar
“Ya, tapi kita tak bisa hidup tanpa cinta. Kau pernah menyukai seseorang?” Suara bertanya lagi Rasyid memandangnya hangat, tatapan itu tatapan yang pertama kali dilihatnya dari Rasyid
“Hanya satu” dia menunjukan telunjuknya didepan maya Suara, Suara tertawa pelan
“Apakah dia ada didekatmu?” Suara kembali bertanya kini Rasyid mengedipkan matanya lalu memandang danau
“Hampir sedikit lagi” Suara berfikir dirinyalah yang disukai Rasyid, terlihat dari sikapnya saja, dia percaya dialah yang dimaksud Rasyid
“Bagaimana sifat wanita yang kau sukai?” Lagi-lagi Suara kembali berceloteh kini Rasyid memandangnya sedikit heran. Dia memandangnya tanpa berkedip, Suara mengangkat halisnya
“Kenapa?”
“Kau tiba-tiba cerewet, kenapa?” Rasyid menanyainya
“Kau belum menjawab pertanyaanku”
“Feminin, baik, pintar, pandai bernyanyi lalu…” Suara menyela perkataannya lalu sedikit bernyanyi
“Well i wonder could it be
When i was dreaming about you baby you we’re dreaming of me”
“Hhaaha” Rasyid tertawa Suara heran mendengarnya
“Apa yang lucu?”
“Suaramu, aku suka bagus” Mendengar itu spontan Suara tersenyum kecil sambil pipi memerah, Rasyid memandangnya lalu tertawa-tawa.
***
“Lama tak bertemu, aku sangat rindu kamu” Rasyid memeluk gadis itu, sementara gadis itu sedikit menahan pelukan Rasyid.
“Aku juga” Gadis itu melepaskan pelukan Rasyid
“Ayo Senja” Suara menariknya. Ya Senja, dia akan menetap disini sekarang. Gadis yang Rasyid tunggu-tunggu itu akhirnya datang juga. Sudah hampir 2 tahun lebih dia menunggunya. Kini kesempatannya untuk mendekati Senja tak terhalang. Dia sudah tak sabar ingin mengajaknya jalan.
“Kau tak berubah Senja, sama seperti dulu” Rasyid sedikit mendekatinya, Senja hanya tersenyum kecil
“Rambut dan matamu sedikit berubah, aku masih ingat” Senja sedikit berucap. Rasyid terus mendekatinya
“Apa yang berbeda dari rambut dan mataku?”
“Kau lihat sendiri” Senja menyondorkan sebuah foto pada Rasyid, spontan Rasyid kaget
“Da.. dari mana dapat foto ini, ini ini ini… ” Rasyid tergagap tak bisa bicara dia malu sekali, ‘Dari mana gadis ini mendapatkan fotoku’ Rasyid berfikir dalam hati, sementara Senja hanya menahan tawanya melihat foto masa kecil Rasyid ketika ulang tahun dengan baju gaya badut. Rasyid benar-benar sebal dengan foto itu. Apalagi mengingat itu jahil dari teman-temannya sebagai suprize untuk Rasyid.
“Sudahlah harusnya aku sudah membuang foto ini” Rasyid hampir membuangnya tapi Senja menahannya
“Jangan! Aku sulit untuk mendapatkannya heheh” Senja tersenyum lalu memasukan foto tadi kedalam sakunya
“Ya sudah terserah”
***
“Euhh” Suara mendengus pelan, dia kesal melihat Senja dan Rasyid yang sedari tadi saling melempar es krim. Sementara dirinya hanya bisa memandang mereka yang bersenang-senang.
“Ihh Rasyid nih nih makan” Senja mendorongkan sendok ke mulut Rasyid yang penuh dengan es krim
“Audauh deulu, banbwak”
“Kamu bilang apa Rasyid?” Senja terkekeh-kekeh mendengar perkataan Rasyid layaknya anak usia 2 tahun yang baru belajar berbicara
“Eumm.. Udah dulu kebanyakan” Rasyid mengambil tisu lalu mengusap wajah dan mulutnya yang penuh es krim. Senja kemudian mengambil sebuah tisu dan ikut membantu Rasyid membersihkan wajahnya. Melihat itu semakin panas hati Suara melihatnya. Dia melemparkan sendok yang dia pegang ke dalam gelas es krim sehingga ..
“Plukk”
“Aduhh” Suara mendapatkan lemparan es krim dari sendok yang dia lempar tadi, medengar itu Rasyid dan Senja langsung memalingkan wajahnya pada Suara.
“Hhahah, apa-apaan kau Suara! Lihat wajahmu!” Rasyid tertawa terpingkal-pingkal melihat Suara, sementara Senja hanya tersenyum kecil.
“Apa yang kau katakan?” Suara murka melihat Rasyid yang mempertawakannya
“Apakah kau tuli, sehingga aku harus mengatakannya lagi? Hahha” Rasyid semakin terpingkal-pingkal. Suara sudah tak sabar untuk menghajar Rasyid. Dia berlari menuju Rasyid namun…
“Slett.. ”
“Awww”
“Brukk”
Dia tergelincir menginjak serpihan es krim yang berserakan di lantai. Rasyid memandangnya lucu. Dia kembali tertawa-tawa tanpa henti. Sementara Suara hanya bisa menangis disana mengingat kakinya yang sakit karena hal tadi. Senja menepuk punggung Rasyid saat itu.
“Sudah Syid, kasihan Suara. Suara sini aku bantu” Senja mencoba membangunkan Suara dari duduknya, namun ditepisnya langsung oleh Suara
“Aku bisa sendiri” Dia mencoba berdiri lalu berjalan tapi..
“Aww” dia jatuh lagi
“Aku bilang apa aku bantu sini” Senja membangunkannya lalu Rasyid menyusulnya dari belakang.
“Mana aku lihat kakimu? Sakit ya? Sini aku saja, biar ku gendong” Rasyid bertingkah so pahlawan lalu mulai meraih tubuh Suara.
“Ihh awas jatuh”
“Kamu kira aku pria lemah?” Rasyid mulai menggendong Suara dan membawanya ke kamar.
***
“Mana Senja?”
“Dia sedang ke pasar bersama nenek” Suara menjawabnya datar sambil meneguk perlahan teh yang dia genggam
“Oh, bagaimana kakimu? Baik?” Rasyid sedikit melongo ke arah kaki kiri Senja
“Ya masih sedikit sakit”
“Cengeng kau!” Rasyid sedikit mengejeknya
“Kau tahu ini sakit! Mentang-mentang kemarin kau menggendongku so kuat saja kau! Kalau kau tergelincir apa yang akan kau lakukan?”
“Menunggu putri datang menggendongku hahah” Rasyid menjawab sekenanya, Suara merasa dirinya disindir lalu memurungkan wajahnya. Rasyid menjatuhkan pandangannya dari bawah menuju mata Suara. Dia tertawa-tawa sementara Suara hanya tersenyum kecil.
***
Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan terlewati. Rasyid, Senja dan Suara melewati hari mereka besama-sama. Mereka memang sekolah di SMP yang sama dan satu kelas pula. Tak jarang banyak orang mengira Rasyid adalah pacar dari salah satu kedua anak tersebut. Padahal mereka hanya menjalin persahabatan. Namun tak salah jika Rasyid menaruh hati diantara satu dari mereka. Sifat Rasyid memang sulit ditebak. Dia sangat romantis terhadap Senja, namun tak kalah romantis pada Suara.
“Liburan kali ini kita buat happy-happy yo, pergi ke taman danau yuk” Rasyid menawari Senja dan Suara yang tengah terduduk dihalaman rumah.
“Bagus juga itu, daripada nganggur disini.” Senja menyetujui ide Rasyid, Rasyid melirik Suara dan dia hanya mengangguk setuju.
“Ya udah yuk berangkat”
***
“Suara bantuin aku nih kamu ambil tikarnya!” RAsyid melemparkan tikar pada Suara. Sementara Suara hanya memonyongkan bibirnya.
“Iya iya aku bantuin, hihh” Dia menjawabnya ketus.
‘Aduh berat banget nih’ batin Suara. Dia lalu mengamparkan tikar itu dipinggir danau. Kemudian Senja mulai membereskan makanan yang dia bawa. Seketika Senja sedang beres-beres, Suara mendekati Rasyid yang tengah terduduk di pinggir danau.
“Syid” Sapanya hangat, Rasyid hanya memalingkan muka dan tersenyum padanya. Seketika Rasyid mulai menghampiri tangannya, Suara mulai memandang tangan Rasyid yang hampir dia genggam, lalu dia, menatap matanya dalam-dalam, Rasyid membalas tatapannya dengan tatapan terhangat yang dia punya. Hampir dia mengenggam tangan Suara tiba-tiba…
“Baiklah teman-teman, semuanya sudah siap” Senja memanggil mereka. Akibatnya dia gagal meraih tangan Rasyid.
‘Ihh kenapa dia manggil disaat gini’ keluhnya dalam hati. Sementara Suara hanya diam dipinggir danau melihat Senja dan Rasyid yang saling bersuap pasta sambil memperlihatkan tatapan hangat Rasyid pada Senja. Walau tadinya dia merasa senang, kini dia kecewa, sangat kecewa.
‘Rasyid menatap Senja lebih hangat dari tatapan yang dia beri padaku’ batinnya.
***
“Rasyid mungkin apa yang aku katakan sedikit janggal, mungkin juga salah. Aku tahu seharusnya aku tidak mengatakan ini, tapi aku… aku.. euuu aku… ” Suara tergagap entah apa yang akan dikatakannya? Rasyid hanya memandangnya heran.
“Aku cinta kamu RAsyid, kamu mau jadi pacar aku?” Ternyata Suara berani mengatakannya, dia tidak percaya dia telah mengatakanya, walau sebenarnya rasa ini telah dia simpan selama 2 tahun. Mendengar itu, Rasyid kaget, Dia tidak tahu apa yang mesti dikatakannya.
“Suara maaf, tapi, tapi aku.. aku.. aku aku sudah punya pacar Senja, maaf sekali, bukan aku ingin mengecewakanmu, tapi aku benar-benar tidak bisa menerimamu” Rasyid kemudian berlalu, Suara ditinggalkannya. Saat itu hatinya begitu tertampar mendengar pernyataannya Rasyid. Perlahan buliran hangat keluar dari matanya, dia tak sanggup menahan segalanya, hatinya benar-benar robek saat itu. Kini dia hanya bisa diam dan menangis di tempat itu juga.
****
Sudah 4 bulan, Suara terdiam murung dan menjauhi Rasyid, saat pulang sekolah dia melihat Senja dan Rasyid sedang berduaan di taman. Hatinya saat itu juga bagaikan tersambar petir beribu-ribu kali, sakit benar-benar sakit. Saat itu juga dia sudah tak kuat menahan kecemburuannya itu. Bila Senja pulang dia akan meluapkan segala yang mengganjal dihatinya, Ya akan.
****
“Tapi kenapa kakak tak beri tahu aku dari dulu kak? Mungkin aku bisa putusin Rasyid dari dulu!” Senja berucap padanya. Siang itu terjadi perdebatan hebat antara kedua anak kembar ini.
“Bagaimana aku akan memberitahumu kalau kau selalu saja bersama Rasyid, lagi pula untuk apa aku memberitahukan perasaanku pada pecundang sepertimu! Dari kecil aku sudah bahagia hidup tanpamu, aku kecewa dilahirkan kembar denganmu” Suara membantingkan pintu lalu pergi meninggalkan Senja. Sementara dia hanya terdiam sambil menangis dikamarnya, dia sangat sedih mendengar ucapan Suara saudaranya sendiri dengan kata-kata yang tajam padanya. Dia sangat kecewa.
***
“Untuk apa ini?” Suara meraih lipatan merah muda itu, lalu memperhatikannya.
“Pokoknya kasih ke Rasyid, dan jangan dibuka” Ucap Senja menjawab pertanyaan Suara.
“Kenapa kau tak memberikannya sendiri?”
“Tidak” Jawabnya singkat. Diapun berlalu pergi menuju taman. Dia terduduk sendiri disana, dia menangis. Namun tanpa sepengetahuaanya Rasyid telah ada di sampingnya.
“Hay” Rasyid menyapanya, namun dia melemparkan pandangannya ke tempat lain. Dia pergi menjauh dari Rasyid, Rasyid mengikutinya. ‘Ada apa sebenarnya? Mengapa dia begini?’ Batinnya.
“Senja” Rasyid memanggilnya lalu menggenggam tangannya.
“Tidak bisakah kau diam dan tak mengangguku?” Ucapan Senja yang tak pernah dia bayangkan terlontar. Senja melepaskan genggamannya lalu berlari. Rasyid hampir mengejarnya namun tiba-tiba Suara menariknya.
“Biarkan dia” Suara berucap singkat padanya. Dia mengalihkan pandangan pada Suara lalu kembali pada Senja. Seketika dia kaget melihat Senja yang akan menyeberang dan melihat truk dari jauh akan menghantamnya. Rasyid berlari secepat mungkin namun Suara mengejarnya dari belakang.
“Senja awassss” Senja berbalik lalu dipeluknya dia oleh Rasyid sementara Suara berada di samping mereka dan…
***
“Ayah, ibu Rasyid dimana?” Rasyid mulai siuman. Ayah Ibunya menatap dia sambil tersenyum. Tampak di samping mereka seorang gadis membawa sekeranjang apel berdiri disana. Rasyid menatapnya heran.
“Kamu.. kamu siapa?”
SELESAI

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates